Kamis, 19 November 2009

Kondisi dan Perkembangan Perbankan adi Indonesia

Bank adalah sebuah tempat di mana uang disimpan dan dipinjamkan.
Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidur rakyat banyak.

Asal Mula Kegiatan Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika]] dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri, sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money Changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam.

Sejarah Perbankan di Indonesia
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain:
1. De Javasce NV.
2. De Post Poar Bank.
3. Hulp en Spaar Bank.
4. De Algemenevolks Crediet Bank.
5. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
6. Nationale Handles Bank (NHB).
7. De Escompto Bank NV.
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:
1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank
2. Bank Nasional indonesia.
3. Bank Abuan Saudagar.
4. NV Bank Boemi.
5. The Chartered Bank of India.
6. The Yokohama Species Bank.
7. The Matsui Bank.
8. The Bank of China.
9. Batavia Bank.
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.

Tujuan jasa perbankan
Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.
Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan menngkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.

Laporan BI :Kondisi Perbankan Nasional terkondisikan (Stabil)
Laporan BI :Kondisi Perbankan Nasional terkondisikan (Stabil).
Perekonomian Indonesia sampai dengan September 2009 menunjukkan kondisi yang cukup stabil dan mengalami perbaikan seiring dengan terus berlangsungnya pemulihan perekonomian global.Sementara itu kondisi ekonomi di China mengalami perbaikan yang cup signifikan akibat stimulus fiskal yang besar yang didorong dengan pertumbuhan kredit perbankan. Kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal ini diindikasikan masih terjaganya CAR per Juli 2009 sebesar 17,0%. Sementara itu, rasio NPL tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antarbank makin membaik dan pertumbuhan DPK meningkat
Dalam tinjauan kebijakan moneter September 2009, yang dilaporkan Bank Indonesia (BI) pada awal September 2009 disebutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2009 diperkirakan akan lebih baik dari perkiraan sebelumnya. Meski membaik, masih tingginya tingkat pengangguran dan risiko kesinambungan fiskal di Amerika Serikat dan Eropa menjadi catatan dalam menyikapi perkembangan tersebut.Pemulihan ekonomi global yang berlanjut mendorong perbaikan risiko dan likuiditas pasar keuangan global yang berimbas pada masuknya arus modal asing. Optimisme di pasar keuangan global tercermin pada membaiknya persepsi risiko mendorong turunnya intensitas keketatan likuiditas di pasar uang.Di sektor perbankan global, persepsi risiko juga masih berada dalam tren menurun. Perkembangan positif di pasar keuangan negara maju tersebut berimbas pada pasar keuangan di Asia. Hal itu memicu aliran masuk modal asing ke pasar keuangan regional, termasuk Indonesia. Indeks harga di berbagai bursa saham regional meningkat. Selain itu, nilai tukar negara-negara di kawasan mencatat penguatan sebagai imbas dari arus masuk modal asing.Di dalam negeri, kinerja perekonomian Indonesia terus menunjukkan tanda-tanda perbaikan sehingga pertumbuhan ekonomi Triwulan III-2009 berpotensi lebih baik dari yang diperkirakan semula sebesar 3,9%. Dari sisi konsumsi, berbagai indikator terkini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi masyarakat masih kuat.Sementara tingkat penjualan barang eceran dan barang tahan lama (durables) meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen akan membaiknya perekonomian juga menjadi faktor yang menjadikan pertumbuhan konsumsi masih menguat. Hal ini didukung pula oleh ketersediaan pembiayaan dari perbankan.Sementara itu, kegiatan investasi di Indonesia belum menunjukkan perbaikan signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi permintaan domestik maupun eksternal yang masih relatif lemah. Di sisi eksternal, membaiknya perekonomian di Cina dan India, telah mendorong perbaikan kegiatan ekspor.Dengan demikian, ekspor berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama triwulan III-2009 berpotensi sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.Di sisi harga, inflasi selama Agustus 2009 mencatat peningkatan sesuai pola musiman terkait dengan aktivitas Ramadhan, namun inflasi inti masih dalam tren menurun. Seiring dengan kegiatan di bulan Ramadhan, terjadi peningkatan harga bahan makanan. Hal ini menyebabkan inflasi kelompok makanan bergejolak (volatile food) mencatat peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.Sementara itu, inflasi inti masih dalam tren menurun, didukung oleh penguatan nilai tukar, rendahnya tekanan imported inflation, serta menurunnya ekspektasi inflasi masyarakat. Lebih lanjut, inflasi kelompok harga barang yang ditentukan pemerintah (administered prices) juga minimal.Dengan perkembangan tersebut, laju inflasi selama Agustus 2009 sebesar 0,56% (mtm) atau 2,75% (yoy). Secara tahunan laju inflasi diperkirakan masih berada pada tren menurun.Membaiknya perekonomian global dan kawasan telah memberikan dampak positif pada membaiknya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Perkembangan ekonomi global yang kondusif, terutama kondisi perekonomian negara mitra dagang, mendukung perbaikan kinerja ekspor.Membaiknya ekspor tersebut diperkirakan mampu mengimbangi peningkatan impor yang terjadi sejalan dengan mulai bergeraknya ekonomi domestik. Selain itu, membaiknya kinerja ekspor pada Triwulan III-2009, diperkirakan akan terus didukung oleh perkembangan harga di pasar internasional.Di sisi neraca modal dan finansial (TMF), aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio masih terus berlanjut seiring dengan kondusifnya kondisi pasar keuangan global, serta persepsi positif terhadap ekonomi domestik.Dengan berbagai perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai akhir Agustus 2009 mencapai 57,9 miliar dollar AS sebelum memasukkan alokasi Special Drawing Right (SDR) IMF, atau setara dengan 5,67 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.Aliran masuk modal asing mendorong penguatan nilai tukar Rupiah. Aliran modal asing terus berlangsung ke pasar domestik dan mendukung pasokan valuta asing di pasar uang. Aliran modal asing ke Indonesia didukung oleh optimisme akan pemulihan ekonomi global dan domestik, imbal hasil rupiah yang tetap menarik, dan persepsi risiko yang membaik. Hal ini telah meningkatkan minat dari para pemilik modal terhadap aset di pasar keuangan domestik.

Selama Agustus 2009 nilai tukar rupiah secara rata-rata terapresiasi sebesar 1,32% menjadi Rp. 9.966 per dolar AS. Rupiah bergerak cukup stabil sebagaimana tercermin pada penurunan volatilitas dari 0,6% pada Juli 2009 menjadi 0,46%. Bank Indonesia memandang bahwa apresiasi rupiah tersebut masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya.Di sektor keuangan domestik, perbaikan kinerja terus ditunjukkan oleh pasar keuangan domestik. Di pasar saham, minat beli investor di bursa meningkat tinggi didukung oleh kondisi fundamental ekonomi domestik yang baik, terutama realisasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari perkiraan, serta kinerja perusahaan publik pada semester I-2009 yang menunjukkan perkembangan positif. Di pasar uang, kondisi likuiditas di pasar uang antar bank masih cenderung longgar.Hal ini tercermin pada volume transaksi di pasar uang yang mencatat peningkatan. Suku bunga PUAB overnight menurun dari bulan sebelumnya, sejalan dengan arah pergerakan BI Rate. Di pasar obligasi, yield SUN meningkat, yang antara lain disebabkan oleh pelepasan aset oleh beberapa investor asing sebagai akibat aksi profit taking seiring dengan peningkatan yield di periode sebelumnya dan kecenderungan nilai tukar yang menguat.Di sektor perbankan, transmisi kebijakan moneter di pasar keuangan cenderung semakin baik. Penurunan BI Rate sebesar 300 bps sejak Desember 2008 terus diikuti oleh penurunan suku bunga. Hingga Juli 2009, suku bunga dasar pinjaman perbankan mencatat penurunan sebesar 108 bps, suku bunga kredit modal kerja (KMK) turun sebesar 85 bps, kredit investasi (KI) turun sebesar 83 bps, sementara kredit konsumsi masih mencatat kenaikan 53 bps.Penyaluran kredit perbankan juga mulai menunjukkan perbaikan. Hingga Juli 2009 kredit perbankan telah tercatat tumbuh positif, yaitu sebesar 1,2% (ytd) mencapai jumlah Rp 15,9 triliun.Dengan optimisme akan perbaikan ekonomi yang semakin tinggi, penyaluran kredit diperkirakan terus meningkat seiring dengan semakin berkurangnya ketidakpastian perekonomian di sektor riil. Komitmen sejumlah bank untuk menurunkan suku bunga deposito diperkirakan akan semakin mendorong penurunan suku bunga kredit dan penyaluran kredit perbankan.Bank Indonesia akan terus memantau pelaksanaan dari komitmen tersebut dan juga akan menempuh langkah-langkah lanjutan untuk meningkatkan efisiensi perbankan sehingga dapat mendorong penurunan suku bunga kredit lebih lanjut.Di bidang operasi moneter, untuk memastikan ketersediaan likuiditas perbankan dan mengantisipasi meningkatnya kebutuhan likuiditas perbankan seiring dengan membaiknya prospek penyaluran kredit, maka terhitung mulai Senin 7 September 2009, Bank Indonesia menyediakan transaksi REPO dengan tenor 3 bulan disamping yang sudah tersedia saat ini.


Di sisi mikro perbankan, kondisi perbankan nasional tetap stabil. Hal itu diindikasikan oleh masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per Juli 2009 sebesar 17,0%. Sementara itu, rasio gross Non Performing Loan (NPL) tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antar bank makin membaik dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat.Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 September 2009 memutuskan untuk mempertahankan BI rate tetap sebesar 6,5%. Dewan Gubernur memandang bahwa pelonggaran moneter sejak Desember 2008 melalui penurunan suku bunga BI Rate sebesar 300 bps menjadi 6,5% cukup kondusif bagi proses pemulihan perekonomian dan intermediasi perbankan. Tingkat BI Rate 6,50% tersebut juga dipandang konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi pada 2010 sebesar 5% ± 1

Kondisi perbankan Indonesia 2009 sehat
Jakarta, Koran Internet: Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, menyatakan memasuki 2009 secara umum kondisi perbankan Indonesia sehat. Namun, Sigit mengingatkan ada sekitar 20 bank yang harus diberi perhatian karena rasio kecukupan modalnya (CAR) di bawah 12 persen.

"Secara umum sehat dari indikator apa pun. NPL (Non performing loan-red) di bawah lima persen, LDR (loan to deposit ratio-red) 77 persen, CARnya rata-rata juga di atas 8 persen," jelas Sigit setelah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pimpinan surat kabar Jakarta Globe di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

Menurut Sigit, ada beberapa dari 128 bank yang sebelum terjadinya krisis keuangan global sudah memiliki NPL agak tinggi di atas 5 persen.

"Menurut saya, kita harus fokus menjaga bank-bank yang kategori ini. Kita harus mengamati lebih serius karena bank-bank ini akan menjadi pemicu kalau ada apa-apa," tuturnya.

Contohnya Bank Century yang dalam keadaan normal seperti tidak bermasalah namun langsung berada dalam tekanan masalah likuiditas ketika terjadi krisis keuangan global.
Kita harus lihat bank-bank ini karena dapat berpotensi memicu di saat krisis.

Sigit mengatakan pada 2009 tantangan yang dihadapi perbankan nasional adalah potensi NPL atau kredit bermasalah karena beberapa nasabah akan mengalami kesulitan membayar dan pada akhirnya meminta restrukturisasi pinjaman.

"Semua bank harus mulai mengantisipasi ini, karena kalau tidak mereka akan terkaget-kaget mengenai melonjaknya NPL itu," tuturnya.

Menurut Sigit, potensi meningkatnya kredit bermasalah pada 2009 hanya bisa dihindari dengan faktor eksternal dari kebijakan pemerintah seperti stimulasi perpajakan sehingga nasabah pengusaha dapat menekan biaya produksi untuk membayar bunga kredit di bank. Dan masalah likuiditas juga akan membebani perbankan pada 2009 meski sebenarnya likuiditas rupiah masih longgar. Persoalannya adalah ada kecenderungan menumpuk di beberapa bank. Ada bank-bank yang cukup, ada yang kurang. Selama ini masih ada ketidakpercayaan kredit antar bank.

Sigit mengatakan pemerintah sebaiknya mempertimbangkan jaminan penuh yang juga mencakup pinjaman antar bank sehingga bank yang memiliki kelebihan dana bisa menyalurkan ke bank yang kekurangan likuiditas tanpa kekhawatiran berlebihan.

Menurut dia, kebijakan pemerintah mengantisipasi dampak krisis keuangan global seperti menaikan jaminan simpanan hingga untuk yang bernilai Rp2 miliar dan mengeluarkan berbagai Perppu sudah cukup, namun sebaiknya diikuti dengan kebijakan memberikan jaminan penuh.

Jaminan penuh itu, lanjut Sigit, akan memberikan jaminan kemanan secara finansial sehingga setiap orang dapat berkonsentrasi pada gerak sektor riil.

Sigit mengatakan dengan target pertumbuhan ekonomi 2009 sebesar 4,5 persen, maka pertumbuhan perbankan nasional pada tahun ini harus mencapai empat kali lipatnya pada kisaran 18-20 persen.

Sumber :

• http://id.wikipedia.org/wiki/Bank#Sejarah_Perbankan_di_Indonesia

• http://zulfikargroup.blogspot.com/search?q=Laporan+BI+%3AKondisi+Perbankan+Nasional+terkondisikan+%28Stabil%29 (laporan-bi-kondisi-perbankan-nasional.html)

• http://www.koraninternet.com/webv2/Kondisi perbankan Indonesia 2009 sehat.php (lihat.php.htm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar